Sabtu, 05 November 2011

CIA menguntit para pengguna Twitter dan Facebook di seluruh dunia

WASHINGTON (Arrahmah.com) - AP melaporkan pada hari Jumat (4/11/2011) bahwa badan intelijen pusat Amerika Serikat selama ini juga melakukan aksi pengintaian terhadap lebih dari lima juta tweets tiap harinya.

Tindakan ini dilakukan untuk mengawasi gerak-gerik para ‘pemberontak’, ‘militan’, aktivis atau diplomat yang menyiarkan informasi melalui Twitter, Facebook, atau sejumlah jejaring sosial lainnya.

Di kantor Open Source Center, tim analis CIA yang diketahui dengan nama “vengeful librarians” juga mengawasi surat kabar, statsiun televisi, statsiun radio, chats room, serta semua bentuk media sosial lainnya dalam berbagai bahasa, dari seluruh dunia.

CIA mempelajari serta me-recheck materi informasi yang mereka awasi secara sembunyi-sembunyi untuk membentuk sebuah snapshot dari suasana di Pakistan (setelah serangan Navy SEAL yang digembar-gemborkan menewaskan Syaikh Usamah bin Laden), pemberontakan yang terjadi di Timur Tengah dan Afrika Utara, mengawasi gerak-gerik Cina, Iran, Rusia, Korea, dan negara-negara lainnya.

Tim pengawas ini dibentuk di bawah mandat Komisi 11 September, yang berfokus terutama pada kontraterorisme dan kontraproliferasi. (althaf/arrahmah.com)

page source:arrahmah.com

Muslimah Palestina Menikam Polisi Yahudi



Allohu Akbar!!!

Minggu, 09 Oktober 2011

Berlindunglah Dari Api Neraka

oleh Aid Abdullah al-Qarni



Dalam hadist muttafaq 'alaih, Adi bin Hatim ath-Tha'i bercerita, "Rasulullah shallahu alaihi wassalam bersabda kepada kami, 'Berlindunglah kepada api Neraka'. Lalu beliau bersabda lagi, 'Lindungilah diri kalian dari Nereka!' Beliau memalingkan muka, lau bersabda lagi, 'Lindungi diri kalian dari neraka!'. Beliau bersabda lagi, 'Lindungi diri kalian dari neraka walaupun hanya dengan sebutir kurma. Barangsiapa tidak punya, hendaknya dengan perkataan yang baik'."

Wahai kaum Muslimin, menyedekahkan sebutir kurma seperti menyedekahkan satu Real. Semua itu dapat melindungi dari api neraka. Siapapun yang ingin memasang tameng yang melindunginya dari neraka, hendaknya dia beramal saleh.

وَاتَّقُواْ يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللّهِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ وَهُمْ لاَ يُظْلَمُونَ ﴿٢٨١﴾

"Dan takutlah pada hari (ketika) kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian setiap orang diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang telah dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi (dirugikan)". (QS. Al-Baqarah [2] : 281)

Jadi, perlindungan diri dilakukan dengan melakukan suatu amal yang melindungi Anda dari azab, murka, dan laknat Allah.

Abu Hurairah berkata, "Rasulullah shallahu alaihi wassalam, berdiri di bukit Shafa ketka Allah menurunkan kepada beliau ayat, 'Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat'." (QS. Asy-Syu'ara [26] : 214). Beliau kemudian menyeru seluruh marga dan suku yang tinggal di Makkah, "Hai bani Abdi Manaf, hai Bani Hasyim, hai Bani Abdil Muthalib, hai Abbas paman Rasulullah, hai Fathimah binti Muhammad". Beliau menyeru seluruh marga hingga mereka semua berkumpul. Lantas beliau bersabda, "Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan kepada kalian akan azab yang pedih. Hai Bani Abdi Manaf, selamatkan diri kalian dari azab Neraka, sesungguhnya aku tidak dapat menolong kalian dari azab Allah. Hai Bani Abdil Muthalib, selamatkanlah diri kalian dari Neraka, sesungguhnya aku tidak dapat menolong kalian dari azab Allah". Lalu beliau bersabda, "Hai Abbas, selamatkan dirimu dair api Neraka, sesungguhnya aku tidak dapat menolongmu dari azab Alah. Hai Fathimah, selamatkan dirimu dari api Neraka".

Abi Lahab menyahut, "Sialan kamu! Untuk inikah kamu memanggil kami?"

تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ ﴿١﴾ مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ ﴿٢﴾ سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ ﴿٣﴾ وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ ﴿٤﴾ فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِّن مَّسَدٍ ﴿٥﴾

Kemudian Allah menurunkan firman-Nya, "Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia! Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang diusahakan. kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergolak (Neraka). Dan (begitu pula) Istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah). Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal". (QS. Al-Lahab [111] : 1-5)

Rasulullah bersabda dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Ibnu Mas'ud, "Neraka didatangkan pada hari Kiamat. Ia memiliki tujuh puluh ribu pegangan. Pada setiap pegangan terdapat tujuh puluh ribu melaikat yang menyeretnya".

Bayangkan, Neraka ditarik dengan tujuh puluh ribu pegangan, dan seberapa kuat pegangan itu hanya diketahui oleh Allah. Sementara itu, Neraka bergejolak, membara, dan menunjukkan kobarannya, sehingga seluruh manusia mengenalnya.

Adapun tentang pintu Neraka, Rasulullah shallahu alaihi wassalam dalam hadist shahih, "Surga punya delapan pintu, sedangkan Neraka punya tujuh pintu".

Penjaga Neraka adalah Malaikat Malik. Penghuni Neraka berkata kepadanya, "Wahai (Malaikat) Malik! Biarlah Tuhanmu mematikan kami saja. Dia menjawab, Sungguh, kamu akan tetap tinggal (di Neraka ini)." (QS. Az-Zhukruf [43] : 77)

Disebutkan pula bahwa makanan penghuni Neraka adalah Az-Zaqquum. Allah azza wa jalla berfirman tentangnya, "Sungguh, itu adalah pohon yang keluar dari dasar Neraka Jahim, mayangnya seperti kepala kepala setan. Maka sungguh, mereka benar-benar memakan sebagian darinya (buah pohon itu), dan mereka memenuhi perutnya dengan buahnya (zaqquum)". (QS. As-Shaffat [37] : 64-66)

Abu Jahal berkata, "Tahkah kalian, apa Zaqquum itu?"

"Kami tidak tahu," jawab orang-orang.

"Ia adalah kurma dan lemak," katanya.

Allah berfirman, "Rasakanlah, sesungguhnya kamu benar-benar orang yang perkasa lagi mulia". (QS. Ad-Dhukhaan [44] : 49)

Artinya, rasakan dan makanlah kurma dan lemak ini, sesungguhnya kamu adalah orang yang perkasa dan mulia. Ini adalah ejekan terhadap mereka.

Abu Jahal juga berkata, "Tahukah kalian apa yang disampaikan Muhammad kepada kita?"

"Kami tidak tahu," kata orang-orang.

"Sihir," katanya.

Kemudian Allah menjerumuskannya ke dalam api Neraka dan berfirman, "Maka apakah ini sihir? Ataukah kamu tidak melihat." (QS. At-Thur [102] : 15)

Dalam hadist yang muttafaq alaihi, Rasulullah shallahu alaihi wassalam bersabda, "Api kalian ini adalah sepersepuluh dari api Neraka".

"Rasulullah, api dunia saja sudah cukup untuk menyiksa," kata para sahabat. Lalu Rasulullah menyahut, "Api neraka masih lebih panas 69 kali lipat".

Kita berlindung kepada Allah dari neraka yang disiapkan Allah bagi orang-orang yang berpaling. Wallahu'alam.

source:www.eramuslim.com

Rabu, 05 Oktober 2011

Membaca Mengantarku pada Islam

Satu setengah jam dari Krakow jarak ke kotanya, ia menggunakan mini-bus menuju masjid Krakow agar dapat berbuka puasa bersama. Kamila namanya, si cantik yang pemalu. Ramadhan 1432 Hijriyah ini adalah ramadhan keempat bagi Kamila. Bayangkanlah, ‘betapa sepinya’ tiga ramadhan lalu yang telah dilewati, ia makan sahur dan berbuka puasa sendirian saja. Saya salut dan bangga pula pada saudari kita ini.

Kamila berujar, “Sebenarnya sejak kecil saya telah tertarik pada islam. Jujur dalam hati, saya merasakan keanehan akan ajaran ‘tuhan anak-tuhan bapa’ di agama saya dahulu. Juga saya merasa dibohongi akan kehadiran sinterklas, peri gigi, dan sejenisnya itu. Akhirnya saya lampiaskan dengan gaya gaul awut-awutan, saya merasa tak mengenali jati diri sendiri…”, suara Kamila sangat pelan, lemah lembut, dan bahasa Inggrisnya masih kurang lancar.

Mamanya sangat prihatin dan ‘hampir putus asa’ dengan keadaan dirinya, nilai sekolahnya merosot, dan ia tampak bandel. Ia tak mau di ajak ke gereja karena setiap ia punya pertanyaan tentang ‘hal-hal aneh’ di hatinya, selalu tak mendapat jawaban yang memuaskan. Apalagi tentang arah tujuan hidup, masa’ sih hidup ini cuma mengalir begitu saja, kemudian jika berbuat dosa, sudah ‘ditanggung’ oleh Tuhan?, itu salah satu contoh pertanyaan yang berasal dari nurani terdalam.

Suatu hari di sekolahnya ada guru baru, guru ini seorang muslim, mengajar bahasa Arab sebagai salah satu program bahasa asing yang baru diuji-coba di sekolah. Hanya beberapa bulan sang guru menetap di kota itu. Namun karena Kamila hobi membaca dan tertarik dengan islam, maka ia mendekati sang guru dan banyak bertanya tentang segudang pertanyaan hatinya selama ini. “Sebenarnya saya sudah lama membuka-buka pelajaran tata cara sholat, di internet…”, ujarnya pada sang guru. Sang guru kaget, dan ia melihat sikap Kamila memang sangat antusias, Kamila selalu serius bertanya-tanya tentang apapun yang berkaitan dengan islam, ia berdiskusi dengan gurunya, bahkan ia mengikuti forum diskusi keislaman di beberapa situs dakwah internasional. Termasuk diskusi tentang ‘kenapa Islam disudutkan atas banyaknya kasus terorisme, padahal pada kenyataannya pelaku terorisme bukanlah muslim!’, Kamila mengambil kesimpulan bahwa orang-orang pembenci muslim merupakan biang kerok fitnah yang keji tersebut.

Ia bilang kepada ibunya, “Mama… Saya minta maaf akan kebandelan saya selama ini. Tapi ketahuilah, selama ini memang saya tidak yakin dengan agama yang mama ajarkan…”. Sang mama mengatakan, “Kamu sudah besar. Kamu bisa mencari keyakinanmu sendiri, saya serahkan saja apapun pilihanmu, asalkan saya bisa melihat bukti bahwa kamu memang anak yang baik…”.

Karena keluarganya yang sudah ‘membebaskan pilihan’ jalan hidup, didukung bacaan buku-buku keislaman yang sudah banyak dihadiahi oleh sang guru, di hari ketika hatinya teguh dan sangat mantap, ia bersyahadat di hadapan sang guru. Subhanalloh…

Kamila bilang kepadaku, “Sister… ketika saya masuk islam, mamaku bilang, ‘kamu lebih baik saat telah menjadi muslimah’, Saya merasakan perubahan hebat pada diri ini yang tidak bisa diutarakan melalui kata-kata…”. Kamila merasa yakin bahwa Tuhan hanya satu, Tiada Tuhan selain Allah ta’ala, dan kita bisa berdo’a ‘secara langsung kepada-Nya’, bukan melalui perantaraan manusia lain, dan tidak perlu melakukan ‘pengakuan dosa’ di hadapan perantara-perantara Tuhan sebagaimana ajaran agamanya terdahulu. Saya merinding, merasakan getaran-getaran di sanubari, Ya Allah, Engkau mempertemukan saudari di depanku ini dengan hikmah yang besar, curahan hidayah-Mu buat diri hamba ini, setiap detik harus bersyukur, kenikmatan menjadi muslim adalah sebuah anugerah teramat mahal.

Mamanya sangat bangga tatkala Kamila mampu memperbaiki nila-nilai akademisnya, jelas karena hatinya sudah tenang, pergolakan batin yang dulu menggelora sudah terjawab, sudah mengetahui ‘arah tujuan’ hidup yang selama ini dicari-cari. Ia yakin bahwa nanti kita akan mempertanggung-jawabkan amalan di dunia, dunia merupakan perjalanan mencari bekal buat kelak di akhirat. Kamila lulus sekolah dengan nilai yang baik, dan memasuki perguruan tinggi negeri dengan prestasi yang bagus. Ia menggeluti jurusan bioteknologi dan insya Allah akan lulus sarjana dua tahun lagi.

“Ramadhan kali ini sungguh saya bahagia sekali. Saya setiap hari searching di internet tentang komunitas muslim, dan ketika seorang saudari muslimah (teman saya di jejaring sosial) mengabarkan bahwa sudah ada Islamic-centre di Krakow, maka saya kirimkan email ke muslimsinkrakow@googlegroups.com yang saya lihat di web Islamic-finder. Lantas saya bisa berkumpul bersama kalian di sini, subhanalloh… Terima kasih sisters, saya teramat senang bisa berbuka puasa bersama…”, curahan hati Kamila. Ukhuwah islamiyah memang selalu mengharukan, kalbu berpaut kalbu karena dikencangkan oleh ikatan cinta-Nya.

Kamila pun berharap, “Jika anda adalah orang-orang yang membenci islam, yang meragukan arah tujuan hidup, atau yang ikut-ikutan berpenyakit ‘islamofobia’, hendaklah banyak-banyak membaca dan memahami islam lebih baik lagi. Hampir semua media yang selalu menyudutkan muslim adalah media peraih keuntungan secara ekonomi dan politik, media yang dikuasai musuh-musuh islam. Maka netralkan hati anda, luruskan niat untuk benar-benar mencari informasi yang akurat, pasti anda akan merasakan getaran hati yang kuat ketika menyadari bahwa hanya islam agama yang benar.”, kalimatnya mantap.

Ia pun berdo’a semoga suatu hari orang tua dan keluarganya dapat memperoleh hidayah-Nya memasuki cahaya Islam sebagaimana dirinya (amiin). Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah hanya Islam. (baca tafsir qur’an surah Ali-‘Imran[3]:19).

Allah ta’ala mengingatkan kita, “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa (kepadaNya) dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” (QS. Ali-‘Imran[3]:102).

Semoga kisah Kamila menjadi ibroh dan pelajaran berharga buat kita semua. Saat ini, ia masih terus belajar menjadi sosok muslimah sejati, mohon turut dido’akan. Berbahagialah diri kita yang telah lama berbalut hidayah islam, mendapatkan area kerukunan dan kebersamaan dengan keluarga sepanjang waktu, berkumpul menikmati keindahan ramadhan dengan suasana yang kondusif, padahal ketahuilah di belahan bumi-Nya yang lain, misalnya di berbagai kota di Poland ini, perjuangan untuk memeluk islam dan merasakan kenikmatan ukhuwah islamiyah adalah sesuatu yang tak mudah dilakukan, saudari-saudari kita seperti Kamila ini telah ditempa beragam cobaan sebagai bagian dari perjuangannya mencari tahu tentang Tuhan Yang Maha Esa, tentang hakikat hidup yang sebenarnya. Ya Allah, mohon bimbinglah kami selalu…

Wallahu’alam bisshowab.

"Karena Hijab Aku Tertarik Pada Islam"


Allahu Akbar! “It’s very amazing moment when I am beside you, my sister…Masya Allah… Ya Allah…I am very happy…”, kalimat itu berurai dari mulut seorang Aysha—nama hijrah seorang Joanna. Tak henti-hentinya ia memelukku, mencubit pipiku, menggendong anak-anakku (dua putra saya yang masih batita) secara bergantian, ekspresinya begitu sumringah. Sulungku yang hampir berusia delapan tahun mengarahkan kamera ponsel kepada kami, sesuai permintaan Aysha yang tampak bergembira karena bisa berkumpul bersama saudari muslimah untuk berbuka puasa bersama di masjid Krakow.
Wajar saja ‘seheboh’ itu sikap Aysha, ibarat ‘fresh from the oven’, semangatnya memang sedang menjulang tinggi, mengaliri ketulusan jiwanya yang baru beberapa bulan lalu menjadi muallaf. Ramadhan 1432 Hijriyah ini adalah ramadhan pertamanya. Ia bertutur, “Sebenarnya hati saya sudah condong kepada islam sejak beberapa tahun silam. Tapi sister, saya baru mantap bersyahadat di akhir tahun lalu, dan secara resmi tercatat kemusliman saya adalah beberapa bulan lalu, sejak saya sudah berusia delapan belas tahun.“
Dimulai dengan perkenalannya akan forum diskusi remaja yang membahas tentang agama di sebuah situs internet, ada seorang teman yang mengirimkannya hadiah berupa Al-Qur’an lengkap dengan terjemahannya berbahasa Inggris. Agar dapat memperlancar bahasa Inggris, ia pun tertarik membaca ‘buku’ itu. Namun hal yang membuat hatinya lebih berdebar adalah ketika kemudian keluarganya berlibur ke sebuah kota di Mesir, disana terasa kental suasana islami, terutama di rumah keluarga sang teman (yang ia kenal melalui dunia maya pula). Diam-diam hatinya berkata, “Saya mau menjadi ibu yang anggun dan baik hati seperti ibunya teman saya ini…”, ibu yang dilihatnya adalah seorang muslimah berpakaian menutup aurat, lengkap dengan cadar/niqob. Sang Ibu yang begitu cekatan melayani tamu-tamu di rumahnya serta sangat ramah dan penyabar ketika menghadapi anak-anak kecilnya yang selalu aktif dan ‘heboh’.
Ia utarakan kepada orang tuanya bahwa ia sangat tertarik pada islam, dan saat itu orang tua masih belum menanggapi secara serius. Dalam pencariannya menuju hati yang mantap, Aysha melanjutkan bacaan terjemahan Al-Qur’an, belajar sholat secara on-line dengan teman muslimnya, dan ia mulai banyak bertanya di forum tanya-jawab tentang islam.
Aysha hanya tinggal dengan seorang kakak lelaki dan mama mereka, sementara papanya telah berpisah, dan sudah lama tinggal di kota lain. Namun mama dan papanya tetap menjalin hubungan pertemanan, dan suatu hari beberapa bulan lalu ketika orang tuanya memutuskan liburan ke Mesir lagi, Aysha bilang, “Saya ikut kesana, sekalian ingin bersyahadat di masjid….”
Orang tuanya sangat marah, selama ini mereka tak tahu kalau ternyata Aysha sudah ‘jauh’ belajar tentang islam. Namun karena usia Aysha sudah hampir delapan belas tahun yang berarti boleh punya pilihan hidup sendiri, maka orang tuanya menyerahkan keputusan padanya. Tadinya, keluarga besar mamanya ingin mengusir, “Apa-apaan kamu, tidak ada keluarga kita yang bukan pemeluk katholik! Pergi sana kalau mau masuk Islam!” Aysha bilang, “Saya siap jika harus pergi…”, dengan yakinnya ia berkata sedemikian, sang mama mencegahnya dan berujar bijak, “Tidak, jangan pergi, kamu bisa memilih agama barumu. Itu keputusan pribadimu, silakan saja. Tapi tetaplah tinggal bersama mama.”
Aysha berharap, suatu hari, mamanya pun memperoleh hidayah menjadi muslimah sebagaimana dirinya (amiin). Banyak hal yang dikritisi sang mama seiring banyaknya perubahan pada diri Aysha. Misalnya ketika Aysha langsung menutup auratnya, kemanapun ia pergi saat di luar rumah selalu berhijab, bahkan ia ingin ‘meng-up date’ kartu identitas dirinya yang sudah berhijab, sang mama berkata, “Koq kamu begitu anehnya, apakah kamu sudah gila? Orang-orang lain yang muslim perempuan masih banyak yang berpakaian biasa saja, pakai celana pendek dan baju tanpa lengan, lihatlah …” (mereka kala itu berada di Mesir, dan juga membandingkan dengan kota-kota lain, seperti di negara Indonesia ketika sebuah saluran televisi membahas tentang dunia islam). Aysha menjawab, “Saya diperintahkan Allah untuk menutup aurat, inilah pakaian muslimah yang sebenarnya. Saya tidak tau kenapa muslimah yang kita lihat, ada yang belum menutup auratnya, saya do’akan mereka segera berhijab, mereka punya alasan masing-masing, mama, dan kelak di hadapan-Nya juga dimintai pertanggung-jawaban masing-masing…”.
Suatu kali Aysha menolak makan kue bolu coklat yang dibuatkan mamanya. “What’s wrong, Aysha?”, tanya si mama. Aysha bilang, “Saya melihat kakak menambahkan alkohol pada adonan yang mama buat. Saya mau makan kue bolu bikinan mama jika tanpa alkohol”, serius ia menjawab.
Dan ketika Saya menawarkan untuk ikut meng-order daging halal pada brother yang biasa mendistribusikan daging halal, Aysha berujar, “Sorry, dear sister, Saya belum bekerja. Mama-lah yang membelanjai makanan buat kami. Jadi jika saya beli daging halal, ‘it’s special meat…and expensive’, kami tidak mampu membelinya, mahal…”, bisiknya. Saya sangat terharu. Memang harga daging halal adalah empat kali lipat dari pada harga pasaran daging potong yang biasa dijual di berbagai kedai daging di Krakow. Yah, salah satu perjuangan seorang muslim dalam menjaga kehalalan makanannya adalah pengeluaran dana yang lebih besar untuk ‘special meat’ ini. Maka jika berkesempatan bertemu ketika berbuka puasa bersama, saudari lainnya membagi daging halal kepada Aysha dan teman muallaf lainnya—setidaknya cukup buat porsi makan sahur dan berbuka puasa mereka keesokan harinya.
Aysha bercerita, beberapa hari lalu papanya datang jam enam sore dan membawakan kue untuk dimakan bersama. “Saya berpuasa, pa…”, ujarnya. Si papa kaget, “What’s…? Kamu menyiksa diri?!”, nada suaranya sangat kesal.
“Oh, tidak. Bukan menyiksa diri. Puasa adalah rukun islam, pa. Saya adalah muslimah sekarang…Apa yang diperintahkan Allah, saya harus taati…”, kata Aysha. Sang papa menggelengkan kepala berkali-kali, bingung melihat keanehan putrinya yang dulu amat manja. Mereka harus menanti hingga pukul sembilan ketika adzan maghrib, waktu berbuka puasa untuk menikmati kue itu.
Sahur adalah waktu sang mama mengomel-ngomel. Sebab meskipun Aysha perlahan-lahan menyiapkan makanan di dapur, mama dan kakaknya tetap mendengar suara-suara ‘berisik’ dan merasa terganggu. Maka Aysha menyiasatinya dengan makan malam di waktu tengah malam (waktu yang telat buat makan malam, namun menu makan malam yang sudah disiapkan si mamanya tinggal dipanaskan saja) sebagai pengganti makan sahur, setidaknya sekarang mamanya tak lagi banyak mengomel.
Subhanalloh, awal september nanti Aysha bersiap-siap memasuki jenjang perkuliahan, ia sangat tertarik pada dunia arsitek, dan ia lulus memasuki universitas dambaannya pada jurusan arsitek. Manakala ia melihat kondisi Islamic-Centre Krakow yang masih ‘lumayan tidak rapi’, ia begitu bersemangat untuk ikut merapikannya. Ia bilang, “Sister, tolong bukakan pintu masjid esok sore, kami datang lebih awal, saya dan temanku ingin membersihkan WC, izinkan saya pula untuk menyumbang ide, bla bla…”, begitu antusiasnya sister Aysha menjelaskan ide-ide gemilangnya supaya ruangan masjid itu kelak lebih nyaman dipergunakan.
Satu lagi ‘keuntungan’ ketika Aysha berkumpul bersama kami, ia langsung menjadi ‘baby-sitter’ dadakan. Anak-anak sangat ceria bermain dengannya, ia pun berharap suatu hari kelak, ia dapat menjadi ibu yang baik, mendampingi anak-anak bermain dan belajar, dalam sebuah keluarga muslim yang utuh. Ia bilang, “Tadi pagi ketika di rynek (pusat turis Krakow) ada pemandangan keren, semua orang melihat kepada pemandangan ‘aneh’ itu, yaitu ada keluarga muslim dari jazirah Arab tengah berlibur, dan si istri tetap menggunakan niqob. Subhanalloh…Keluarga itu cuek saja meskipun ada orang yang sampai berhenti mendadak karena ingin menontoni mereka. Wah, bagi saya, keren banget keluarga itu!”, katanya. Yah, di Krakow, saudari-saudari (asal jazirah Arab) yang biasa berniqob, harus melepas niqobnya, disini masih teramat fantastis busana sedemikian. Jadi pasti akan di-cek melulu oleh pihak keamanan, apalagi ‘booming’nya berita terorisme yang dikaitkan dengan islam oleh media-media musuh islam.
Namun pada kenyataannya, benarlah janji Allah ta’ala, Dia sendiri yang menjaga segala ciptaan-Nya, pun yang menjaga hati para pemeluk hidayah-Nya. Banyak orang malah berbalik tertarik pada islam justru karena hembusan fitnah media, pada palarangan niqob, pada keunggulan ‘pandangan aneh’ yang dilabel-kan kepada pemeluk islam nan kaffah. Allahu Akbar!
Sekarang sister Aysha bertanya kepada anda, duhai muslimah, “Jika saya yang baru memeluk agama-Nya ini dan langsung menjalankan kewajiban dengan seyakin-yakinnya. Lantas kenapa anda—muslimah yang sudah lama merasakan cahya Islam, masih ragu-ragu menutup aurat anda, padahal itulah satu-satunya cara untuk menjaga kehormatan diri? Saya sangat bersyukur menjadi muslimah, dan insya Allah cara berjumpa seorang suami kelak tak meniru ‘tradisi’ teman lokal sini yang terbiasa hidup bersama sebelum menikah. Saya berdo’a semoga anda yang belum berhijab, segera memantapkan hati : berhijablah, saudariku yang kucintai karena Allah…”, senyumnya amat tulus.
Allah ta’ala mengingatkan dalam firman-Nya, “Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. …” (QS. An-Nuur : 31). Ketika turun ayat-Nya tersebut yang memerintahkan untuk menutupkan kain kerudung hingga dada para wanita, seketika itu para suami mengabarkan isi perintah ayat itu kepada istri, anak-anak perempuannya dan saudara perempuan mereka. Segeralah mereka mengambil kain dan menutup aurat hingga seluruh tubuh. Sami’na wa atho’na adalah kunci keselamatan.
Wallahu ‘alam bisshowab.

Yang ber"ied"

Allohu Akbar …. Allohu Akbar …. Walillahilhamd
Romadhon telah berakhir. Masa memanen telah usai dan tinggalah masanya kita menilik seberapa banyak yang dapat kita kumpulkan. Ramadhan telah usai, dan kembalilah kita sekarang sebagaimana masa-masa yang sebelumnya. Pertanyaannya adalah : “Apakah kita termasuk orang-orang yang pantas bergembira di hari Ied ?”
Menjawab pertanyaan tersebut bukanlah perkara yang mudah. Disini diperlukan kejujuran diri dalam menilai, karena kitalah (dan tentu saja Allah yang lebih mengetahui) yang mampu mengukur bagaimana kualitas puasa kita, ruku’ dan sujud kita, tilawah dan shodaqoh kita serta kebersihan hati kita kalau melakukan ibadah-ibadah tersebut dan yang selainnya. Akan tetapi bias kita mau menilik kalam Allah, maka akan kita dapati gambaran orang-orang yang sukses dalam puasanya dengan memperhatikan cirri-ciri yang Allah sebutkan dan membandingkan dengan jujur dengan kondisi kita.
Allah mesnyariatkan puasa adalah supaya puasa tersebut bias menjadi “madrasah” bagi orang-orang yang beriman berproses menjadi orang yang bertaqwa (Qs. Al Baqarah : 183). (Maka sebaik-baik perkataan adalah kitabullah), pada Qs. Ali Imron : 134-136 Allah mensifati orang-orang yang bertaqwa sebagai berikut :
1. Orang yang menafkahkan hartanya dalam kelapangan maupun kesempatan puasa diharapkan membuat seseorang muslim mempunyai kepekaan social. Karena hakekatnya dengan puasa Allah telah mengirimkan pelajaran kepada kita, bahwa sesungguhnya betapa tidak mengenakkannya seseorang dalam keadaan lapar, walaupun hanya sampai batas tertentu saja. Oleh karena itu kita seharusnya bias membayangkan betapa beratnya si miskin yang menahan lapangan bahkan tanpa mengetahui kapan laparnya itu akan terobati. Dengan demikian diharapkan menimbulkan rasa peduli terhadap penderitaan diharapkan menimbulkan rasa peduli terhadap penderitaan fakir miskin disekitar kita. Puasa juga memberitahukan pada kita bahwa kita mampu untuk lebih menahan diri supaya tidak terjerumus kepada yang haram ataupun berlebihan pada yang mudah.

2. Menahan amarah dan mudah memaafkan
Orang yang tidak ingin pahala puasanya musnah, maka dia pasti akan menahan diri dari amarah dan mudah memaafkan kesalahan orang lain. Padahal sebenarnya orang itu mampu melampiaskan. Bila dalam puasa kita mampu lalu kenapa di luar puasa tidak ?
3. Senantiasa beristigfar ketika melakukan kesalahan.
Pada saat puasa kita dijarkan Allah Rosulullah SAW untuk memperbanyak do’a dan memohon ampunan yang hakekatnya adalah layaknya air yang membasuh bercak-vercak noda, jangan biarkan noda tersebut bertumpuk dan berkarat, yang pada akhirnya menjadi tidak bisa lagi dibersihkan sehingga cahaya hati kita menjadi redup bahkan padam, sehingga terhalang dari hidayah Allah SWT.
4. Taubat Nasuha
Syaratnya adalah penyesalahan yang dalam azzam (ketepatan hati) yang kuat untuk tidak kembali pada kubangan dosa yang telah dilakukan sedang dia sadar bahwa itu adalah pembangkangan terhadap Allah, sehingga barangsiapa yang terus-terusan berada dalam kemaksiatan setelah bertaubat hakekatnya dia tidak pernah bertaubat.

Demikianlah saudaraku, sesungguhnya Allah telah ajarkan kepada kita hikmah ayat-ayatnya dalam madrasah rohadhon ini. Semua orang berpotensi untuk berhasil dalam ujian ini, tinggal kita, mau atau tidak jadi yang menang. Dan hanya pertolongan-Nyalah saja yang kita mohon untuk itu kita pantas merasakan Idul Fitri :
“Ied bukan bagi yang berbaju baru, tapi bagi yang teguh dalam tauhid dan men
Ied bukan bagi yang berbaju baru, tetapi yang bersegera mensucikan dirinya bagi yang sadar kalau dia adalah hamba. Bagi yang menyiapkan syukur dalam setiap nikmat bagi yang memupuk sabar dalam setiap bala dan bagi yang memahami ….
Kampung akhirat adalah tujuan dan yang mengembalikan penghambaan hanya pada Dia Sang majikan.

Akhirnya kami ucapkan : Taqoballahu mina wa minkum, shaliha ‘amal wa kullu ‘amin wa antum bi khoirun. Kepada Allah kami memohon pengampunan. Wallahu a’lam